Tiga Mahasiswa, Satu Poster, dan Sejuta Ketakutan Rezim Akan Kalimat Tajam
.jpg)
Kapan terakhir kali kamu melihat poster sederhana bikin aparat panik lebih dari laporan intelijen? Tiga mahasiswa muda membentang secarik kertas penuh sindiran, dan dalam sekejap, seragam hitam-hitam bergerak lebih cepat dari tukang parkir pas Ramadan. Mereka dibanting, posternya disobek, dan tentu saja, nalar publik pun terkoyak. Di ruang yang katanya bebas menyuarakan pendapat, justru poster-poster kecil jadi musuh negara. Ironis? Nggak. Konyol? Banget. Dan lebih konyol lagi karena ternyata semua ini bermula dari aksi damai di depan orang yang mengklaim ingin mendengar suara rakyat. Tulisan ini mengajakmu merenung, mengutuk, dan—kalau bisa—menyusun ulang definisi demokrasi versi kita hari ini. Siang hari, tempat makan sederhana. Tiga pemuda berdiri dengan tenang. Mereka bukan penyusup, bukan pemilik bom molotov, bukan penyebar hoax. Hanya pemegang kata-kata yang berani, bertinta tebal di atas poster murahan. Namun reaksinya? Seolah mereka mengacungkan senjata kimia di tengah jam maka...